Laman

Rabu, 14 Maret 2012

EMBOLI AIR KETUBAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Emboli air ketuban (EAK) adalah darurat obstetri langka di mana ia menduga bahwa cairan ketuban, sel-sel janin, rambut, atau sampah lainnya memasuki sirkulasi ibu, menyebabkan runtuhnya kardiorespirasi.
Pada tahun 1941, Steiner dan Luschbaugh dijelaskan EAK untuk pertama kalinya setelah mereka menemukan puing-puing janin dalam sirkulasi paru perempuan yang meninggal selama persalinan.
Data arus dari National Registry embolus Cairan ketuban menunjukkan bahwa proses ini lebih mirip dengan anafilaksis daripada emboli, dan sindrom anaphylactoid jangka waktu kehamilan telah disarankan karena komponen jaringan janin atau cairan ketuban tidak universal ditemukan pada wanita yang datang dengan tanda dan timbul gejala EAK.1
Diagnosis EAK secara tradisional telah dibuat pada saat sel-sel skuamosa otopsi ditemukan janin dalam sirkulasi paru-paru ibu, namun sel-sel skuamosa janin yang umumnya ditemukan dalam sirkulasi bekerja pasien yang tidak mengembangkan sindrom tersebut. Pada pasien yang sakit kritis, sampel diperoleh dengan aspirasi dari pelabuhan distal kateter arteri paru-paru yang mengandung sel-sel skuamosa janin dianggap sugestif dari tetapi tidak diagnostik Diagnosis syndrome.2 EAK pada dasarnya adalah salah satu pengecualian berdasarkan presentasi klinis . Penyebab lainnya ketidakstabilan hemodinamik tidak boleh diabaikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud emboli air ketuban
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya emboli air ketuban
3. Mengetahui factor-faktor resiko dari emboli air ketuban
4. Mengetahui gejala klinis dari emboli air ketuban
5. Mengetahui diagnosis sampai penanganan emboli air ketuban

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud emboli air ketuban
2. Untuk Mengetahui penyebab dari timbulnya emboli air ketuban
3. Untuk Mengetahui factor-faktor resiko dari emboli air ketuban
4. Untuk Mengetahui gejala klinis dari emboli air ketuban
5. Untuk Mengetahui diagnosis sampai penanganan emboli air ketuban

D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah perbendarahaan bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Muhammadyah Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EPIDEMIOLOGI
Emboli air ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam kehamilan.
Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 - 1 : 30.000 dan sampai saat ini mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85%. Meskipun telah diadakan perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal hal yang dapat menurunkan mortalitas, kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian ke III di Negara Berkembang.
B. ETIOLOGI
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
• Kegagalan perfusi secara masif
• Bronchospasme
• Renjatan
Akhir akhir ini diduga bahwa terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen janin yang masuk kedalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinik.
C. FAKTOR RESIKO
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi pada saat inparu (70%) , pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%)
Faktor resiko :
1. Multipara
2. Solusio plasenta
3. IUFD
4. Partus presipitatus
5. Suction curettahge
6. Terminasi kehamilan
7. Trauma abdomen
8. Versi luar
9. Amniosentesis



D. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik umumnya terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air ketuban harus pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang tiba tiba mengalami kolaps.
Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya gejala dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir persalinan, pasien batuk batuk, sesak , terengah engah dan kadang ‘cardiac arrest’
E. DIAGNOSIS
Diagnosa pasti dibuat postmortem dan dijumpai adanya epitel skaumosa janin dalam vaskularisasi paru.
Konfirmasi pada pasien yang berhasil selamat adalah dengan adanya epitel skuamosa dalam bronchus atau sampel darah yang berasal dari ventrikel kanan
Pada situasi akut tidak ada temuan klinis atau laboratoris untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosa emboli air ketuban, diagnosa adalah secara klinis dan per eksklusionum.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
1. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
2. Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan umum ibu stabil
3. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan.
4. Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
Terapi tambahan :
1. Resusitasi cairan
2. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
3. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
4. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
5. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
6. Segera rawat di ICU
G. PROGNOSIS
Mortalitas perinatal kira kira 65% dan sebagian besar yang selamat baik ibu maupun anak akan mengalami skualae neurologi yang parah.



BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Emboli air ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam kehamilan. Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 - 1 : 30.000 dan sampai saat ini mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85%.
Emboli air ketuban (EAK) adalah darurat obstetri langka di mana ia menduga bahwa cairan ketuban, sel-sel janin, rambut, atau sampah lainnya memasuki sirkulasi ibu, menyebabkan runtuhnya kardiorespirasi.
Data arus dari National Registry embolus Cairan ketuban menunjukkan bahwa proses ini lebih mirip dengan anafilaksis daripada emboli, dan sindrom anaphylactoid jangka waktu kehamilan telah disarankan karena komponen jaringan janin atau cairan ketuban tidak universal ditemukan pada wanita yang datang dengan tanda dan timbul gejala EAK.1

B. SARAN
Diharapkan melalui makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang memberi manfaat pada kita semua. Adapun apabila ada salah atau kekurangan pada makalah kami mohon dimaafkan karena Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kekurangan hanyalah milik makhluknya.

artikel by inchy ^_^

Selasa, 13 Maret 2012

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DISTOSIA KARENA KELAINAN KESEMPITAN PINTU ATAS PANGGUL
1. Defisini
Distosia karena kelainan jalan lahir lahir dapat disebabkan adanya kelainan dan kelainan pada jaringan keras atau tulang panggul, atau kealinan pada jaringan luunak panggul. Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir lunak. Prooses persalinan merupakan proses mekanis yang melibatkan 3 faktor yaitu, jalan lahir, kekuatan yang mendorong, dan akhirnya janin yang didorong dalam satu mekanis tertentu dan terpadu. (Ai Yeyeh Rukiah, Lia Yulianti. 2010)
Pintu atas panggul dinyatakan sempit bila ukuran
• Ø antero-posterior terpendek < 10 cm • Ø tranversal terbesar < 12 cm Perkiraan Ø AP – PAP dilakukan dengan mengukur Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; kesempitan PAP ditegakkan bila ukuran CD < 11.5 cm. Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata Ø biparietal - BPD 9.5 – 9.8 cm. Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melewati panggul bila Ø AP – PAP < 10 cm. Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil namun anak dalam kandungan ibu yang dimaksud biasanya juga kecil. Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik dibantu pula dengan tekanan hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan langsung bagian terendah janin terhadap servik serta penebalan fundus uteri dan penipisan segmen bawah rahim.. Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas PAP, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan PAP. Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik pada selaput ketuban pada daerah servik dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan normal. Kesempitan PAP merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi. Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.




2. Etiologi
Kelainan yang gterdapat pada masing-masing factor dapat dirinci sebagai berikut:
a) Power yakni kekuatan his yang mengejan
b) Passage yakni jalan lahir
c) Passenger yakni kelainan bentuk dan besar janin.
3. Jenis-jenis panggul
a) Gynekoid
b) Android
c) Anthropoid
d) Platipeloid
Ukuran panggul rata-rata dan berkategori normal:
a) PAP atau pelvic inlet minimal memiliki diameter 22 cm.
b) BTP atau mid pelvic diameter minimalnya adalah 20 cm
c) PBP atau pelvic outlet panjang diameter normalnya rata-rata minimal 16 cm.
4. Prognosis
a) Bahaya pada ibu
1) Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil
2) Dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
3) Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dlaam jalan lahir tertahan dapat timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran patologi keadaan ini dikenal dengan rupture uteri.
4) Dengan persalinan tidak maju karena CPD
5) Jalan lahir pada suatu tenpat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul
Hal ini menimbulkan gangguan sirkulasi akibat terjadinya iskemia dan kemudian nekrisis pada tempat tersebut
b) Bahaya pada janin
1) Partus lama dapat mengakibatkan kematian perinatal
2) Infeksi intrapartum
3) Prolapsus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila janin masih hidup
4) Dengan adanya CPD kepala janin dapat melewati rintangan pada panggul dengan melakukan moulage. Moulage dapat dialami kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas tertentu akan tetapi batas-batas dilampaui terjadi sobekan pada tentorium sereblli dan perdarahan intracranial
5) Tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simpisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin malah dpaapt menimbulkan fraktur pada tulang peritalis.
5. Penanganan
SC dapat dilakukan secara efektif dan primer yakni sebelum persalinan dimulai atau pada awal persalinan dan secara sekunder yakni sesudah persalinan berlangsung selam beberapa waktu. Secsio caesaria efektif direncanakan lebih dahulu dan dulakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul dan cukup berat, atau karena terdapat CDP.

B. DISTOSIA KARENA KELAINAN KESEMPITAN BIDANG TENGAH PANGGUL
1. Defenisi
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. Mungkin terdapat penyempitan PAP, BTP, PBP atau panggul yang menyempit seluruhnya akibat kombinasi hal-hal diatas. Bidang obtetri di panggul bagian tengah membentang dari batas inferior simpisis pubis, melalui spina iskiadika, dan meyentuh sakrum dekat pertemuan antara vertebra ke empat dan ke lima.
Rata-rata ukuran diameter pintu tengah panggul adalah sebagai berikut : Diameter transversal (Interspinarum), Diameter anteroposterior, Diameter sagital posterior, jumlah diameter transversal dan diameter sagital posterior 13,5 cm atau kurang (normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm), diameter antara spina kurang 9 cm.
Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan PAP
Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” pada perjalanan persalinan dengan posisio occipitalis posterior, sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan BTP.
Bidang obstetrik BTP terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 – 5. Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi BTP menjadi bagian anterior dan bagian posterior. Batas anterior bagian anterior BTP adalah tepi bawah Simfisis Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior BTP adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sacrospinosum.
Ukuran rata-rata BTP:
a. Ø tranversal (interspinous) = 10.5 cm
b. Ø AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) = 11.5 cm
c. Ø Sagitalis Posterior - DSP (titik pertengahan Ø interspinous dengan pertemuan S4 – S5) = 5 cm
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti kesempitan PAP, BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila penjumlahan dari Ø Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) <13.5 cm.
Dengan demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila Ø interspinous < 10 cm dan bila < 8 cm, dinyatakan bahwa pasti terdapat kesempitan pada BTP. Dugaan adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica yang menyolok.
2. Prognosis
Kesempitan bidang tengah panggu pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan.
3. Etiologi
Penyakit tulang seperti rachitis, penyakit yang menyerang salah satu kaki, tumor pada tulang panggul, dan trauma akibat kecelakaan pada tulang panggul; cara untuk mengatasi kesulitan persalinan akibat kelainan panggul ini adalah : persalinan percobaan. Faktor resiko : kelainan panggul, ukuran kepala bayi. Untuk menegakan diagnosa maka dilakukan pemeriksaan panggul dengan pemeriksaan secara Klinis dan pemeriksaan Radiologi/Rontgen.
C. KESEMPITAN PINTU BAWAH PANGGUL (PBP)
1. Definisi
Kesempitan bawah panggul adalah jika diameter transversa dan diameter sagital posterior kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis mengecil pula (<80°) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal. Kesempitan bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan jarak tuberculum sebagai dasar bersamaan ukuran-ukuran yang penting ialah: Diameter tranversa (diameter antara tuberculum) 11 cm, diameter antara posterior dari pinggir bawah sympisis ke ujung os sacrum 11,5 cm, diameter sagital posterior dari pertengahan diameter antara tuberculum ke ujung os sacrum 7,5 cm.
Terjadi kesempitan pada PBP bila Ø intertuberosa < 8 cm.
PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama (berupa distansia intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama.
a. Apex segitiga anterior permukaan posterior arcus pubis.
b. Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx).
Berkurangnya nilai distansia intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga pada kala II, kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konskuensi dapat terjadinya robekan perineum yang luas.
Distosia akibat kesempitan PBP saja jarang terjadi oleh karena kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan BTP.
2. Etiologi
Etiologi kesempitan pintu bawah panggul adalah berasal dari Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras/ tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul. Distosia karena kelainan panggul/ bagian keras.
Kelainan panggul digolongkan : perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul atau sendi panggul; perubahan karena kelainan pertumbuhan intrauterine; perubahan bentuk karena penyakit kaki.
Perbedaan CPD dengan kesempitan PBP, dimana yang dimaksud CPD adalah adanya ketidaksesuaian antara kepala dan panggul yang diakibatkan karena;
a. Diameter anteroposterior panggul dibawah ukuran normal
b. Abnormalitas panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan kecelakaan
c. Fase aktif yang memanjang dari keadaan normal menandakan adanya CPD
d. Pemeriksaan pelvimetri klinis
3. Pemeriksaan Rontgenologis
Ukuran-ukuran panggul dapat juga diukur dengan sinar X dari foto, dapat kita tentukan ukuran-ukuran C.V ; C.O = apakah kurang dari normal; CT; serta seimbang kepala panggul. Keuntungan dapat mengambil ukuran-ukuran yang tidak dapat ditentukan secara klinis.
Komplikasi pada ibu : persalinan akan berlangsung lama, sering dijumpai ketuban pecah dini; karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi adanya tali pusat menumbung; moulage kepala berlangsung lama; partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut dapat menyebabkan rupture uteri.
Komplikasi pada janin : infeksi intrapartal, kematian janin intrapartal (KIIP), prolaps funikuli, perdarahan intracranial, caput sucsadenum, dan cefalo-hematoma yang besar, robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang lama dan hebat.
4. Penatalaksanaan
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan section caesaria biasanya dapat diselesaikan dengan forcep atau dengan episiotomi yang cukup luas.
D. FRAKTURA PANGGUL dan KONTRAKTUR
Terjadinya kelainan pada panggul dapat juga disebabkan karena trauma panggul, cidera panggul, dan lain-lain.
Trauma panggul akibat cedera kecelakaan lalulintas sering terjadi sehingga dapat terjadi gangguan pada bentuk dan ukuran panggul.
Riwayat adanya cedera panggul membutuhkan evaluasi lebih lanjut pada kehamilan lanjut. Tinggi badan, cara berjalan, bentuk perut “gantung”, kelainan bentuk tulang punggung (skoliosis) dapat mendorong pemikiran adanya kecurigaan pada kesempitan panggul.